Monday, April 22, 2013

Peringatan Hari Bumi


       
  Tepat 43 tahun berlalu sejak pertama kalinya Hari Bumi dicanangkan di USA oleh senator Gerald Nelson. Dalam aksinya itu senator Gerald Nelson mampu mengajak 20 juta warga dan mahasiswa Amerika Serikat untuk mengkampanyekan kesehatan dan keberlangsungan lingkungan. Mereka menentang kerusakan lingkungan yang mulai terjadi serta kepunahan flora dan fauna di negara mereka.
Sejak saat itu setiap tanggal 22 April diperingati sebagai Hari Bumi Internasional di berbagai negara(sampai saat ini ada 175 negara yang mengakuinya). Sampai sekarang pun ada salah satu perusahaan mesin pencari ternama yang selalu mengkampanyekan hari bumi. Ialah google yang setiap tanggal 22 April selalu mengganti tampilan website mereka.
            Di Indonesia sendiri aksi dalam rengka memperingati Hari Bumi diadakan di berbagai daerah, contohnya adalah yang dilakukan oleh 10 pemuda yang menamakan diri mereka Sahabat Walhi di salah satu pusat perbelanjaan di Bandung. Mereka mengangkat tema penolakan akan perilaku over-konsumsi dari masyarakat. Mereka melakukan aksi mereka dengan menutup mulut mereka dengan lakban sambil membawa bermacam-macam poster yang menentang perilaku over-konsumsi.
Lain lagi dengan yang dilakukan oleh kurang lebih 150 aktivis lingkungan dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang bersama-sama membersihkan Pantai Jakat di Kelurahan Pondokbesi Kecamatan Teluksegara, Kota Bengkulu. Sebelum membersihkan kawasan pantai yang penuh sampah plastik dan potongan-potongan kayu, para peserta menggelar orasi dan pembacaan puisi di Simpang Lima, pusat Kota Bengkulu.
            Banyak sekali kegiatan yang dapat kita lakukan sebagai bentuk cinta kita terhadap planet tempat tinggal kita ini. Contoh di atas hanyalah sedikit dari banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai bentuk cinta kita terhadap lingkungan. Ada satu hal lagi yang menarik yang ingin saya sampaikan bersamaan dengan momen Hari Bumi pada tanggal 22 April ini. Ialah sebuah pidato yang disampaikan seorang gadis berusia 12 tahun pada KTT PBB di Rio, Brasil, pada tahun 1992. Begini kurang lebih bunyi pidatonya:
“Hello, I'm Severn Suzuki speaking for E.C.O. - The Environmental Children's Organisation. We are a group of twelve and thirteen-year-olds from Canada trying to make a difference: Vanessa Suttie, Morgan Geisler, Michelle Quigg and me. We raised all the money ourselves to come six thousand miles to tell you adults you must change your ways. Coming here today, I have no hidden agenda. I am fighting for my future.
Losing my future is not like losing an election or a few points on the stock market. I am here to speak for all generations to come. I am here to speak on behalf of the starving children around the world whose cries go unheard. I am here to speak for the countless animals dying across this planet because they have nowhere left to go. We cannot afford to be not heard.
I am afraid to go out in the sun now because of the holes in the ozone. I am afraid to breathe the air because I don't know what chemicals are in it. I used to go fishing in Vancouver with my dad until just a few years ago we found the fish full of cancers. And now we hear about animals and plants going extinct every day - vanishing forever. In my life, I have dreamt of seeing the great herds of wild animals, jungles and rainforests full of birds and butterfilies, but now I wonder if they will even exist for my children to see. Did you have to worry about these little things when you were my age? All this is happening before our eyes and yet we act as if we have all the time we want and all the solutions. I'm only a child and I don't have all the solutions, but I want you to realise, neither do you!
You don't know how to fix the holes in our ozone layer. You don't know how to bring salmon back up a dead stream. You don't know how to bring back an animal now extinct. And you can't bring back forests that once grew where there is now desert. If you don't know how to fix it, please stop breaking it!
Here, you may be delegates of your governments, business people, organisers, reporters or politicians - but really you are mothers and fathers, brothers and sister, aunts and uncles - and all of you are somebody's child. I'm only a child yet I know we are all part of a family, five billion strong, in fact, 30 million species strong and we all share the same air, water and soil - borders and governments will never change that. I'm only a child yet I know we are all in this together and should act as one single world towards one single goal. In my anger, I am not blind, and in my fear, I am not afraid to tell the world how I feel.
In my country, we make so much waste, we buy and throw away, buy and throw away, and yet northern countries will not share with the needy. Even when we have more than enough, we are afraid to lose some of our wealth, afraid to share. In Canada, we live the privileged life, with plenty of food, water and shelter - we have watches, bicycles, computers and television sets.
Two days ago here in Brazil, we were shocked when we spent some time with some children living on the streets. And this is what one child told us: "I wish I was rich and if I were, I would give all the street children food, clothes, medicine, shelter and love and affection." If a child on the street who has nothing, is willing to share, why are we who have everything still so greedy?
I can't stop thinking that these children are my age, that it makes a tremendous difference where you are born, that I could be one of those children living in the Favellas of Rio; I could be a child starving in Somalia; a victim of war in the Middle East or a beggar in India. I'm only a child yet I know if all the money spent on war was spent on ending poverty and finding environmental answers, what a wonderful place this earth would be!
At school, even in kindergarten, you teach us how to behave in the world. You teach us: not to fight with others, to work things out, to respect others, to clean up our mess, not to hurt other creatures to share - not be greedy. Then why do you go out and do the things you tell us not to do? Do not forget why you're attending these conferences, who you're doing this for - we are your own children. You are deciding what kind of world we will grow up in. Parents should be able to comfort their children by saying "everyting's going to be alright', "we're doing the best we can" and "it's not the end of the world".
But I don't think you can say that to us anymore. Are we even on your list of priorities? My father always says "You are what you do, not what you say." Well, what you do makes me cry at night. You grown ups say you love us. I challenge you, please make your actions reflect your words. Thank you for listening.”

Atau bila di dalam bahasa Indonesia bisa diartikan:

"Halo nama saya Severn Suzuki, berbicara atas nama ECO (Environmental Children's Organization). Kami adalah sekelompok anak berusia 12 dan 13 tahun yang ingin membuat perbedaan: Vanessa Suttie, Morgan Geisler, Michelle Quigg, dan diri saya sendiri. Kami mengumpulkan dana sendiri untuk bisa tiba di sini, menempuh 6000 mil untuk memberitahu Anda sekalian agar Anda mengubah cara Anda. Pada hari ini saya tidak memiliki maksud terselubung, saya hanya mencoba berjuang untuk masa depan saya. 
Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kekalahan saat pemilihan umum, atau kerugian dalam transaksi bisnis di pasar. Saya di sini mengajak semua generasi untuk peduli. Saya berbicara atas nama anak-anak yang kelaparan di seluruh dunia yang juga merasa menderita. Saya di sini berbicara untuk binatang-binatang yang tak terhitung, yang sedang sekarat di planet ini karena mereka sudah tak memiliki tempat tinggal lagi. 
Saya takut untuk berada di bawah terik matahari karena adanya lubang besar pada lapisan ozon. Saya takut menghirup udara bebas karena tak tahu bahan kimia apa yang terkandung di dalamnya. Biasanya saya suka memancing di Vancouver, rumah saya, dengan ayah saya, hingga beberapa tahun lalu, kami menangkap ikan yang dijangkiti kanker. Dan, kini kita juga berhadapan dengan punahnya berbagai jenis binatang dan tumbuhan yang setiap hari mati, hilang untuk selamanya. Dalam hidup saya, saya telah melihat sejumlah besar hewan liar dan hutan, dipenuhi burung dan kupu-kupu. Namun sekarang saya bahkan ragu kalau mereka bakal tetap ada saat generasi anak-anak saya lahirnantinya. Apakah Anda pernah mengkhawatirkan tentang hal-hal ini saat Anda masih seusia saya? Semua ini terjadi di depan mata kita namun kita masih bersikap bahwa belum waktunya untuk bertindak dan seolah kita punya solusinya. Saya hanya seorang anak kecil dan saya tak punya semua solusinya. Saya ingin Anda semua menyadari, tak terkecuali siapapun. 
Anda tak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang di ozon. Anda tak tahu bagaimana caranya mengembalikan salmon kembali ke sungai asalnya. Anda tak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang telah punah. Dan Anda juga tidak bisa mengembalikan hutan yang kini telah berubah menjadi tanah gersang. Jika Anda tak tahu bagaimana harus memperbaikinya, maka tolong berhentilah menghancurkannya. 
Di sini Anda semua mungkin mewakili negara masing-masing, para pebisnis, organisasi, atau media, atau politisi, namun sungguh ibu dan ayah kalian, saudari dan saudara, bibi dan paman, dan Anda semua, adalah anak dari seseorang. Saya hanyalah seorang anak dan saya tahu kita semua adalah bagian dari sebuah keluarga, 5 miliar penduduk, bahkan 30 juta suku, dan apapun tak dapat mengubah kenyataan tersebut. Saya hanyalah seorang anak dan saya tahu bahwa kita di sini, semua harus bersatu untuk melakukan sebuah tindakan demi mencapai sebuah tujuan. Dalam kemarahan saya, saya tidak buta, dan dalam ketakutan saya, saya tak takut untuk mengatakan pada dunia tentang apa yang saya rasakan. 
Di negara saya, kami menyia-nyiakan banyak hal. Kami membeli dan membuang. Dan belum lagi dengan negara-negara bagian utara yang takkan sudi berbagi dengan yang membutuhkan bahkan bila kami mempunyai lebih dari cukup, kami tetap takut berbagi. Kami takut melepas apa yang telah kami punya. Di Kanada, kami hidup dengan berkelimpahan. Kami punya banyak makanan, air, dan tempat tinggal. Kami punya arloji, sepeda, komputer, dan televisi. Namun, mari kita mundur 2 hari saja. 
Dua hari lalu, disini di Brasil, kami dikagetkan dengan berita bahwa ada anak-anak yang tidur di jalanan. Ini apa yang dikatakan seorang anak pada kami, "Saya berharap, saya kaya. Dan jika saya benar-benar kaya, saya akan memberikan makanan pada semua anak jalanan, pakaian, obat-obatan, tempat tinggal, dan kasih sayang". Jika seorang anak di jalanan yang tak memiliki apapun memiliki kerinduan untuk berbagi, maka mengapa kita yang memiliki segalanya masih saja tetap serakah. 
Saya tak bisa berhenti berpikir, bahwa anak-anak ini, yang seusia dengan saya, memiliki perbedaan nasib yang besar hanya karena tempat di mana mereka dilahirkan. Bahwa saya juga bisa menjadi salah satu dari mereka yang tinggal di jalanan kotor. Saya bisa saja menjadi salah seorang anak yang kelaparan di Somalia, atau korban perang di Timur Tengah, atau seorang pengemis di India. Saya hanya seorang anak namun saya tahu bahwa jika semua dana yang dihabiskan untuk perang, dialihkan pada pemeliharaan lingkungan hidup, maka bumi ini akan menjadi tempat yang indah. 
Di sekolah, bahkan di TK, Anda mengajarkan bagaimana kami harus bersikap. Anda mengajar kami agar tidak berkelahi satu sama lain, menghargai satu sama lain, bertanggung jawab terhadap apa yang telah kami perbuat, tidak menyakiti makhluk ciptaan lain, berbagi dan bukannya serakah, namun mengapa Anda sendiri melakukan hal yang Anda larang kami untuk melakukannya. Jangan lupa mengapa Anda datang dalam konferensi ini, dan untuk siapa Anda melakukan ini semua. Kami hanya anak-anak kecil. Andalah yang menentukan bumi macam apa yang akan kami tinggali. Orang tua seharusnya bisa membuat anaknya merasa nyaman dengan mengatakan "Semuanya akan baik-baik saja. Ini bukanlah akhir dari dunia. Dan kami melakukan yang terbaik yang kami bisa." 
Namun, saya rasa Anda tidak akan bisa bicara pada kami seperti itu lagi. Apakah kami ada dalam daftar prioritas Anda? Ayah saya selalu mengatakan "Kamu dinilai dari apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu katakan". Sayangnya, apa yang kalian lakukan membuat saya menangis di malam hari. Anda para orang dewasa mengatakan Anda mencintai kami, namun saya menantang Anda, tolong lakukan apa yang Anda katakan. Terima kasih."

            Itulah yang disampaikan oleh remaja 12 tahun dalam sebuah konferensi yang dihadiri petinggi dari berbagai negara. Pidato itu disampaikan pada tahun 1992, dimana keadaan bumi belum seburuk sekarang ini, jauh lebih baik dari keadaan bumi sekarang. Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk planet tempat tinggal kita ini?

0 comments:

Post a Comment