Tepat 43 tahun berlalu sejak pertama kalinya Hari Bumi dicanangkan di USA oleh senator Gerald Nelson. Dalam aksinya itu senator Gerald Nelson mampu mengajak 20 juta warga dan mahasiswa Amerika Serikat untuk mengkampanyekan kesehatan dan keberlangsungan lingkungan. Mereka menentang kerusakan lingkungan yang mulai terjadi serta kepunahan flora dan fauna di negara mereka.
Sejak saat itu
setiap tanggal 22 April diperingati sebagai Hari Bumi Internasional di berbagai
negara(sampai saat ini ada 175 negara yang mengakuinya). Sampai sekarang pun
ada salah satu perusahaan mesin pencari ternama yang selalu mengkampanyekan
hari bumi. Ialah google yang setiap tanggal 22 April selalu mengganti tampilan
website mereka.
Di Indonesia
sendiri aksi dalam rengka memperingati Hari Bumi diadakan di berbagai daerah,
contohnya adalah yang dilakukan oleh 10 pemuda yang menamakan diri mereka
Sahabat Walhi di salah satu pusat perbelanjaan di Bandung. Mereka mengangkat
tema penolakan akan perilaku over-konsumsi dari masyarakat. Mereka melakukan
aksi mereka dengan menutup mulut mereka dengan lakban sambil membawa
bermacam-macam poster yang menentang perilaku over-konsumsi.
Lain lagi dengan
yang dilakukan oleh kurang lebih 150 aktivis lingkungan dan mahasiswa dari
berbagai perguruan tinggi yang bersama-sama membersihkan Pantai Jakat di Kelurahan Pondokbesi
Kecamatan Teluksegara, Kota Bengkulu. Sebelum membersihkan kawasan
pantai yang penuh sampah plastik dan potongan-potongan kayu, para peserta
menggelar orasi dan pembacaan puisi di Simpang Lima, pusat Kota Bengkulu.
Banyak sekali kegiatan yang dapat kita lakukan sebagai bentuk
cinta kita terhadap planet tempat tinggal kita ini. Contoh di atas hanyalah
sedikit dari banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai bentuk cinta kita
terhadap lingkungan. Ada satu hal lagi yang menarik yang ingin saya sampaikan
bersamaan dengan momen Hari Bumi pada tanggal 22 April ini. Ialah sebuah pidato
yang disampaikan seorang gadis berusia 12 tahun pada KTT PBB di Rio, Brasil,
pada tahun 1992. Begini kurang lebih bunyi pidatonya:
“Hello, I'm Severn Suzuki speaking for
E.C.O. - The Environmental Children's Organisation. We are a group of twelve
and thirteen-year-olds from Canada trying to make a difference: Vanessa Suttie,
Morgan Geisler, Michelle Quigg and me. We raised all the money ourselves to
come six thousand miles to tell you adults you must change your ways. Coming
here today, I have no hidden agenda. I am fighting for my future.
Losing my future is not like losing an
election or a few points on the stock market. I am here to speak for all
generations to come. I am here to speak on behalf of the starving children
around the world whose cries go unheard. I am here to speak for the countless
animals dying across this planet because they have nowhere left to go. We
cannot afford to be not heard.
I am afraid to go out in the sun now
because of the holes in the ozone. I am afraid to breathe the air because I
don't know what chemicals are in it. I used to go fishing in Vancouver with my
dad until just a few years ago we found the fish full of cancers. And now we
hear about animals and plants going extinct every day - vanishing forever. In
my life, I have dreamt of seeing the great herds of wild animals, jungles and
rainforests full of birds and butterfilies, but now I wonder if they will even
exist for my children to see. Did you have to worry about these little things
when you were my age? All this is happening before our eyes and yet we act as
if we have all the time we want and all the solutions. I'm only a child and I
don't have all the solutions, but I want you to realise, neither do you!
You don't know how to fix the holes in our
ozone layer. You don't know how to bring salmon back up a dead stream. You
don't know how to bring back an animal now extinct. And you can't bring back
forests that once grew where there is now desert. If you don't know how to fix
it, please stop breaking it!
Here, you may be delegates of your
governments, business people, organisers, reporters or politicians - but really
you are mothers and fathers, brothers and sister, aunts and uncles - and all of
you are somebody's child. I'm only a child yet I know we are all part of a family,
five billion strong, in fact, 30 million species strong and we all share the
same air, water and soil - borders and governments will never change that. I'm
only a child yet I know we are all in this together and should act as one
single world towards one single goal. In my anger, I am not blind, and in my
fear, I am not afraid to tell the world how I feel.
In my country, we make so much waste, we
buy and throw away, buy and throw away, and yet northern countries will not
share with the needy. Even when we have more than enough, we are afraid to lose
some of our wealth, afraid to share. In Canada, we live the privileged life,
with plenty of food, water and shelter - we have watches, bicycles, computers
and television sets.
Two days ago here in Brazil, we were
shocked when we spent some time with some children living on the streets. And
this is what one child told us: "I wish I was rich and if I were, I would
give all the street children food, clothes, medicine, shelter and love and
affection." If a child on the street who has nothing, is willing to share,
why are we who have everything still so greedy?
I can't stop thinking that these children
are my age, that it makes a tremendous difference where you are born, that I
could be one of those children living in the Favellas of Rio; I could be a
child starving in Somalia; a victim of war in the Middle East or a beggar in
India. I'm only a child yet I know if all the money spent on war was spent on
ending poverty and finding environmental answers, what a wonderful place this
earth would be!
At school, even in kindergarten, you teach
us how to behave in the world. You teach us: not to fight with others, to work
things out, to respect others, to clean up our mess, not to hurt other
creatures to share - not be greedy. Then why do you go out and do the things
you tell us not to do? Do not forget why you're attending these conferences,
who you're doing this for - we are your own children. You are deciding what
kind of world we will grow up in. Parents should be able to comfort their
children by saying "everyting's going to be alright', "we're doing
the best we can" and "it's not the end of the world".
But I don't think you can say that to us
anymore. Are we even on your list of priorities? My father always says
"You are what you do, not what you say." Well, what you do makes me
cry at night. You grown ups say you love us. I challenge you, please make your
actions reflect your words. Thank you for listening.”
Atau bila di
dalam bahasa Indonesia bisa diartikan:
"Halo nama saya Severn Suzuki, berbicara
atas nama ECO (Environmental Children's Organization). Kami adalah sekelompok
anak berusia 12 dan 13 tahun yang ingin membuat perbedaan: Vanessa Suttie,
Morgan Geisler, Michelle Quigg, dan diri saya sendiri. Kami mengumpulkan dana
sendiri untuk bisa tiba di sini, menempuh 6000 mil untuk memberitahu Anda
sekalian agar Anda mengubah cara Anda. Pada
hari ini saya tidak memiliki maksud terselubung, saya hanya mencoba berjuang
untuk masa depan saya.
Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kekalahan
saat pemilihan umum, atau kerugian dalam transaksi bisnis di pasar. Saya di
sini mengajak semua generasi untuk peduli. Saya berbicara atas nama anak-anak
yang kelaparan di seluruh dunia yang juga merasa menderita. Saya di sini
berbicara untuk binatang-binatang yang tak terhitung, yang sedang sekarat di
planet ini karena mereka sudah tak memiliki tempat tinggal lagi.
Saya
takut untuk berada di bawah terik matahari karena adanya lubang besar pada
lapisan ozon. Saya takut menghirup udara bebas karena tak tahu bahan kimia apa
yang terkandung di dalamnya. Biasanya saya suka memancing di Vancouver, rumah saya, dengan ayah saya, hingga
beberapa tahun lalu, kami menangkap ikan yang dijangkiti kanker. Dan, kini kita
juga berhadapan dengan punahnya berbagai jenis binatang dan tumbuhan yang
setiap hari mati, hilang untuk selamanya. Dalam hidup saya, saya telah melihat sejumlah besar hewan liar dan hutan,
dipenuhi burung dan kupu-kupu. Namun sekarang saya bahkan ragu kalau mereka
bakal tetap ada saat generasi anak-anak saya lahirnantinya. Apakah Anda pernah mengkhawatirkan tentang hal-hal ini saat Anda masih seusia
saya? Semua ini terjadi di depan mata kita namun kita masih bersikap bahwa
belum waktunya untuk bertindak dan seolah kita punya solusinya. Saya hanya seorang anak kecil dan saya tak punya semua solusinya. Saya ingin Anda
semua menyadari, tak terkecuali siapapun.
Anda tak tahu bagaimana caranya
memperbaiki lubang di ozon. Anda tak tahu bagaimana caranya mengembalikan
salmon kembali ke sungai asalnya. Anda tak tahu bagaimana caranya mengembalikan
binatang-binatang yang telah punah. Dan Anda juga tidak bisa mengembalikan
hutan yang kini telah berubah menjadi tanah gersang. Jika Anda tak tahu bagaimana harus memperbaikinya, maka tolong berhentilah
menghancurkannya.
Di sini Anda semua mungkin mewakili negara masing-masing,
para pebisnis, organisasi, atau media, atau politisi, namun sungguh ibu dan
ayah kalian, saudari dan saudara, bibi dan paman, dan Anda semua, adalah anak
dari seseorang. Saya hanyalah seorang anak dan saya tahu kita semua adalah bagian dari sebuah
keluarga, 5 miliar penduduk, bahkan 30 juta suku, dan apapun tak dapat mengubah
kenyataan tersebut. Saya hanyalah seorang anak dan saya tahu bahwa kita di sini, semua harus
bersatu untuk melakukan sebuah tindakan demi mencapai sebuah tujuan. Dalam kemarahan
saya, saya tidak buta, dan dalam ketakutan saya, saya tak takut untuk
mengatakan pada dunia tentang apa yang saya rasakan.
Di negara saya, kami menyia-nyiakan banyak hal. Kami membeli dan membuang. Dan
belum lagi dengan negara-negara bagian utara yang takkan sudi berbagi dengan
yang membutuhkan bahkan bila kami mempunyai lebih dari cukup, kami tetap takut
berbagi. Kami takut melepas apa yang telah kami punya. Di Kanada, kami hidup dengan berkelimpahan. Kami punya banyak makanan, air, dan
tempat tinggal. Kami punya arloji, sepeda, komputer, dan televisi. Namun, mari
kita mundur 2 hari saja.
Dua hari lalu, disini di Brasil, kami dikagetkan dengan berita bahwa ada
anak-anak yang tidur di jalanan. Ini apa yang dikatakan seorang anak pada kami,
"Saya berharap, saya kaya. Dan jika saya benar-benar kaya, saya akan
memberikan makanan pada semua anak jalanan, pakaian, obat-obatan, tempat
tinggal, dan kasih sayang". Jika seorang anak di jalanan yang tak memiliki
apapun memiliki kerinduan untuk berbagi, maka mengapa kita yang memiliki
segalanya masih saja tetap serakah.
Saya tak bisa berhenti berpikir, bahwa anak-anak ini, yang seusia dengan saya,
memiliki perbedaan nasib yang besar hanya karena tempat di mana mereka
dilahirkan. Bahwa saya juga bisa menjadi salah satu dari mereka yang tinggal di
jalanan kotor. Saya bisa saja menjadi salah seorang anak yang kelaparan di
Somalia, atau korban perang di Timur Tengah, atau seorang pengemis di India. Saya hanya seorang anak namun saya tahu bahwa jika semua dana yang dihabiskan
untuk perang, dialihkan pada pemeliharaan lingkungan hidup, maka bumi ini akan
menjadi tempat yang indah.
Di sekolah, bahkan di TK, Anda mengajarkan bagaimana kami harus bersikap. Anda
mengajar kami agar tidak berkelahi satu sama lain, menghargai satu sama lain,
bertanggung jawab terhadap apa yang telah kami perbuat, tidak menyakiti makhluk
ciptaan lain, berbagi dan bukannya serakah, namun mengapa Anda sendiri
melakukan hal yang Anda larang kami untuk melakukannya. Jangan lupa mengapa Anda datang dalam konferensi ini, dan untuk siapa Anda
melakukan ini semua. Kami hanya anak-anak kecil. Andalah yang menentukan bumi
macam apa yang akan kami tinggali. Orang tua seharusnya bisa membuat anaknya
merasa nyaman dengan mengatakan "Semuanya akan baik-baik saja. Ini bukanlah
akhir dari dunia. Dan kami melakukan yang terbaik yang kami bisa."
Namun,
saya rasa Anda tidak akan bisa bicara pada kami seperti itu lagi. Apakah kami ada dalam daftar prioritas Anda? Ayah saya selalu mengatakan
"Kamu dinilai dari apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu
katakan". Sayangnya, apa yang kalian lakukan membuat saya menangis di
malam hari. Anda para orang dewasa mengatakan Anda mencintai kami, namun saya
menantang Anda, tolong lakukan apa yang Anda katakan. Terima kasih."
Itulah yang disampaikan oleh remaja 12 tahun dalam sebuah
konferensi yang dihadiri petinggi dari berbagai negara. Pidato itu disampaikan
pada tahun 1992, dimana keadaan bumi belum seburuk sekarang ini, jauh lebih
baik dari keadaan bumi sekarang. Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk planet
tempat tinggal kita ini?
0 comments:
Post a Comment